Posts by Haris Harsono

Bunga terakhir di bukit patah hati

Dia ada di antara puluhan ikat bunga warna-warni berlatar senja. Duduk berdiam diri, menunggu konsumen untuk membeli bunga-bunga yang ia jual. Di belakangnya, menjulang tinggi[…]

Lelaki yang menangis di bawah hujan

Hujan turun. Dan aku menangis di bawahnya. Begitu kisah ini kumulai dengan analogi sederhana yang kuciptakan. Hujan turun, berarti langit sedang bersedih. Tumpahan air hujan[…]

Jangan, nanti

Jogja, kala itu. Masa ketika kita sedang dalam ujian, pencarian jati diri. Kamu memang justru sengaja menari-nari di dekatku, sengaja mempertontonkan bahwa kamu layak untuk[…]

Di atas awan siang itu

Jogja atau Jakarta? Entahlah, hanya kamu yang tahu jawabannya. Kamu. Jogja. Aku. Dan Kita. Lalu, kenangan ini. Kamu ingat? Tidak, aku yang ingat. Kisah ini.[…]

Untukmu, di masa lalu

Begitu memuakkan, mencintai tanpa memiliki. Yang ada, tapi tak tiada. Lebih menyebalkan, mencintai tapi tak pernah diutarakan. Bak permen karet yang menempel pada sandal, lalu[…]

Jogja, Jakarta, dan senandung di antaranya

Jakarta. Hari ini. Sejak lama, aku sudah tahu, bahwa sebenarnya aku hanyalah pilihan kedua di hidupmu. Bahkan kini aku tak yakin, apakah masih ada aku[…]

Kawan kelana

Setiap kita punya kawan. Yang perjumpaannya tidak pernah ada yang tahu. Yang perpisahannya tidak pernah tahu. Kawan kecil yang kemudian hilang. Berganti dengan kawan-kawan baru.[…]

Lima paragraf pembuka novel yang baik

Saat aku kelas 2 SMA, aku pernah menulis cerpen berjudul Lonceng Kematian. Paragraf pertamanya dimulai seperti ini: Sepertinya malam telah menelan keramaian kota. Kengerian tercipta[…]

Ibu, dan lagu rindu

Di perantauan, tak ada yang lebih merindukan daripada mendengar suara ibu mengoceh dari dapur sambil memasak, sementara aku masih meringsek di balik selimut. Saat itu,[…]

Bandung: kutitip rindu pada Braga dan orang-orang di sekitarnya

Di tanah asing ini. Bandung. Rindu. Pilu. Berjarak padamu bukan suatu ketenangan. Perpisahan darimu dimulai dari hal-hal yang tak kuinginkan, kemudian kita pergi sendiri-sendiri. Meraih[…]